Akhir dan Awal

Aku ingin bermain voli. Setelah melihat si “Raksasa Kecil” di layar kaca sore tadi, aku sangat terpesona. Besok, hari pertama sekolah SMP, kupastikan diriku masuk klub voli. “Tidak ada anggota klub voli selain dirimu”. Wah, begitu ya. “Jadi bagaimana? Kamu tertarik masuk klub olahraga lain? Banyak lo yang lain, seperti sepakbola, tennis, da…”. “Tidak, saya akan mencari anggota saya sendiri”. Begitu kataku, sembari meninggalkan ruang itu. “Kevin! Kau mau ikut klub voli?” Dia bilang dia sudah masuk klub sepakbola. Lalu Jody sudah masuk klub basket. Tapi aku tetap berusaha keras untuk membujuk mereka untuk masuk ke klub voli milikku. Pada akhirnya, aku bisa membujuk mereka untuk berlatih voli bersama. Untuk saat ini. Hari-hari berlalu. Tidak ada lapagan voli disekolah jadi aku terpaksa berlatih sendiri saat aktivitas klub lain juga sedang berlangsung, biasanya dengan klub basket atau saat gedung basket dikunci, aku memilih ikut dengan klub sepakbola. Hanya beberapa kesempatan saja aku dapt membujuk mereka untuk memberikan upan padaku, sisanya Antara mereka lelah atau aktivitas klub mereka sangat padat.Walau seperti itu aku tetap berlatih, dirumah, disekolah, sebelum tidur, mengumpan ke atas berulang kali. Tak terasa ini adalah tahun terakhirku bersekolah disini, aku berhasil mengumpulkan beberapa teman yang bisa aku ajak bermain voli. Walau, jujur, ada beberapa yang rasanya terpaksa ikut atau pun malas, terlihat di ekspresi wajahnya. Kevin dan Jody, kedua teman terbaikku ini akhirnya ikut dengan kami, dalam kompetisi ini. “Wahhh, besar sekali!”. Kami berada di lapangan voli terbesar yang ada di prefektur ini. Yah, kami ikut berkompetisi di dalam kejuaraan voli tingkat SMP ini. “Siapa mereka?” “Mungkin pendatang baru?” “Ah, palingan tidak ada apa-apanya, mereka semua kecil-kecil hahaha” Voli merupakan olahraga dimana tinggi badan merupakan salah satu factor penunjang utama karena olahraga ini memang banyak melompatnya. Tapi aku tetap percaya. “Raksasa Kecil saja bisa melakukannya. Tapi aku tetap saja gugup, sehingga aku pergi ke toilet. Brukk, sepertinya aku menabrak seseorang. “Oi! Perhatikan dimana kau berjalan!” Wahh, berapa itu? 190 cm? Oh! Aku pernah melihatnya, dia sering ada di dalam majalah mingguan voli itu. “Raja Lapangan”. Begitu kata mereka. Kalau tidak salah, dia lawanku pada pertandingan pertama ini. “Hei kau Raja Lapangan, aku pasti akan mengalahkanmu!” “Haah? Secara fisik pun kau tidak siap, tentu saja aku tidak percaya. Kepercayaan diri saja tidak cukup untuk menghadapi rintangan yang ada di depanmu” “Aku bisa, karena aku bisa terbang!” Dia berhenti sejenak. “Hmph” begitu kira-kira, lalu dia pergi begtu saja. “Oiii Sho, kenapa kau berdebat dengan dia. Dia mengerikan sekali!” “Aku tidak peduli, ayo kita kelapangan untuk pemanasan, panggil yang lainnya Kevin!” “Ehh? Bagaimana dengan sakit perutmu?” “Sudah hilang!” Priittt… “MARI BERMAIN DENGAN SPORTIF!!!” … 14-25. Kami kalah jauh. Walau begitu, aku sudah melompat dan kami juga bisa merebut poin dari sekolah yang diunggulkan itu. Aku yang paling kesal dengan kekalahanku itu. Tentu saja, karena aku lah yang paling bersemangat untuk itu. Sat hendak keluar dari gedung olahraga prefektur, “Raja Lapangan” lewat, namun ia berada dibelakang teman satu timnya, sehingga aku tidak segan berteriak. “Selanjutnya, aku pasti akan mengalahkanmu!”. Dia menengok kebelakang. “Kau memang bisa melompat, tapi hanya yang kuat lah yang akan berada di lapangan hingga titik terakhir. Apa kau bisa menghadapi itu?” “Tentu saja aku past….” “Lalu, jadilah kuat!” Begitu saja perkataannya kepadaku. Aku terkesan, dia sama sekali tidak melihat tinggi badanku, padahal kebanyakan orang berpikir sebalikknya. Aku tersadar bahwa teman-temanku berada dibelakangku. “Terima kasih untuk hari ini!”. “Oh.. ehm.. err.. ya” Kevin memalingkan wajahnya dan Jody tersenyum kecil. “Yosh, sampai jumpa lagi semua” “Iyaa, sampai jumpa lagi!” Eh? Ah iya, ini juga termasuk momen terakhir ku di SMP. Benar. “Sampai jumpa lagi!”

Komentar

Postingan Populer